Thursday, September 10, 2015

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MADRASAH “Menapak Masa Depan Menuju Pendidikan Alternatif”

·   0

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MADRASAH “Menapak Masa Depan Menuju Pendidikan Alternatif”


Oleh : Ahmad Mustaghfirin
Pendahuluan
Terlepas setuju atau tidak, tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia. Yakni, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian baik, disiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani maupun rohani.

read more

Pendidikan, apapun visi dan misinya, harus mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, tak terkecuali lembaga pendidikan dengan ciri khas Islam yang bernama madrasah.[1]
Umat Islam sebagai individu maupun kelompok memandang, bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan alat yang terbaik guna membina pribadi maupun kelompok untuk mencapai kebutuhan, mengangkat derajat, dan kecakapannya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan secara efektif dan efisien.[2] Melalui pendidikan pula, kebangkitan, kemajuan, kekuatan-kekuatan masyarakat dan ummat dari segi materiil dan spirituil dapat terlaksana.[3] Kemajuan dalam berbagai sektor kehidupan tidak terlepas dari sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan demikian, lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dikembangkannya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan proses penerimaan masyarakat terhadap lulusan pendidikan makin ketat. Ditambah lagi, ilmu pengetahuan yang berlandaskan iman dan taqwa secara otomatis menambah sikap masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan semakin selektif. Dengan demikian, tidak salah jika madrasah harus berbenah diri -kalau mau menjadi sebuah pilihan- karena madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bercirikan Islam.
Keberadaan madrasah dengan berbagai macam tuntutan tidak serta merta berjalan mulus, namun banyak menghadapi kendala. Disatu sisi, madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai jumlah siswa yang signifikan dari total populasi siswa ditingkat dasar dan menengah. Dan disisi lain, jumlah yang besar tersebut, madrasah ternyata kurang mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. Akibat dari perlakuan negatif inilah madrasah menghadapi kesulitan dan terisolasi dari arus modernisasi. Sikap diskriminatif ini mengakibatkan pendidikan madrasah terdorong menjadi milik masyarakat penggiran (pedesaan). Pendidikan madrasah selama ini seakan-akan tersisih dari mainstream pendidikan nasional. Akibatnya, madrasah sebagai pendatang baru dalam sistem pendidikan nasional cenderung menghadapi berbagai kendala, baik dalam hal mutu pendidikan, manajemen, dan kurikulum.[4] Namun demikian, madrasah masih banyak menyimpan potensi dan nilai positif yang dapat dikembangkan jika dilakukan pembaharuan disemua lini.
Keadaan ini bukan lantas sebagai penghambat untuk menata diri dengan mengkonstruksi operasional pendidikan secara progresif. Madrasah tidak punya pilihan lain kecuali meningkatkan kualitas pendidikannya. Madrasah dituntut membenahi diri dengan memperbaharui programnya dengan program yang lebih cerdas berdasarkan kebutuhan kekinian, baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan iman dan taqwa, menciptakan lapangan kerja. Madrasah harus mampu bersaing dengan lembaga lain, karena madrasah mempunyai banyak kelebihan. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari, dan untuk masyarakat. Pembaharuan ini harus dilakukan kalau tidak mau ditinggalkan oleh masyarakat, pihak yang merupakan penopang dan penjaga utama madrasah. Tuntutan tersebut merupakan reaktualisasi dari potensi yang dimiliki madrasah yang kaya akan pengalaman, khususnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hakikat Pendidikan Islam
Pendidikan dalam konteks Islam lebih dikenal dengan istilah “at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’dib, dan ar-riyadloh. Setiap istilah mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai dengan teks dan konteks maknanya, walau kadang mempunyai makna yang sama dalam hal-hal tertentu. Dari keempat term tersebut, para ahli pendidikan berbeda-beda dalam memaknai term tersebut namun pada hakikatnya adalah sama. Yakni, proses penyampaian sesuatu sampai batas kesempurnaan, transformasi ilmu dan pemahaman, pemeliharaan anak didik, penanaman etika, bimbingan jiwa. Sedangkan term al-riyadloh hanya khusus dipakai oleh imam al-ghazali dengan istilah Riyadlatussibyan.[5]
Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin, beliau mendefinisikan at-tarbiyah sebagai upaya mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematik dalam berfikir, tajam perasaan, giat dalam berkreasi, toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis dan bahasa lisan, dan terampil berkreatifitas.[6]
Dari beberapa pengertian at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’dib, al-riyadlah, para ahli pendidikan memformulasikan hakikat pendidikan Islam sebagai berikut; Menurut Dr. Muhammad SA Ibrahimy, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin, ia menyatakan bahwa; pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.[7] Sedangkan menurut Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumi Al-Syaibany, beliau mendefinisikan pendidikan Islam dengan:
Perubahan yang diingini yang diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitar tentang individu itu hidup, atau pada proses pendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai proporsi di antara professi-professi asasi dalam masyarakat.[8]
Definisi yang diberikan oleh Al-Syaibany bukan hanya sekedar terjadi pada manusia secara pribadi, namun lebih luas cakupannya, yakni perubahan yang diinginkan baik tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, atau alam sekitarnya dengan proses pendidikan dan pengajaran.
Dari pengertian-pengertian mengenai pendidikan Islam diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan pendidikan Islam tidak sekedar menyangkut persoalan ciri khas, tetapi lebih mendasar lagi yaitu tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal. Oleh karena itu, pendidik dalam membimbing anak didiknya harus melihat kembali pada hakikat dan tujuan pendidikan Islam sesuai dengan jenjang pendidikannya, yaitu tidak sekedar melaksanakan tanggung jawab sebagai guru dengan menyampaikan materi pelajaran.[9] Hal ini diharapkan agar keberadaan madrasah tidak sekedar menambah lembaga pendidikan di Indonesia, dan juga tidak menjadi persoalan baru bagi pemerintah terkait lulusannya, mengingat jumlah madrasah saat ini sangat signifikan.
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan –madrasah- dalam menyiapkan anak didik untuk menghadapi tantangan masa depan yang lebih kompleks, dapat menghasilkan lulusan yang akan menjadi pemimpin ummat, pemimpin masyarakat, dan pemimpin bangsa yang ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini. Sebaliknya, kegagalan sebuah lembaga pendidikan –madrasah- dalam menyiapkan anak didik untuk menghadapi tantangan masa depan akan menghasilkan lulusan-lulusan yang frustrasi, tersisih, dan menjadi beban masyarakat.
Pendidikan Islam di Madrasah
Menurut Muhaimin, kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dilatar belakangi oleh empat hal. Pertama, realisasi dari pembaharuan pendidikan Islam. Kedua, penyempurnaan sistem pendidikan pesantren agar memperoleh kesempatan yang sama dengan pendidikan sekolah umum. Ketiga, keinginan sebagian kalangan santri terhadap model pendidikan Barat. Keempat, upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem pendidikan Barat.[10]
Pentingnya madrasah sebagai lembaga pendidikan dasar dan menengah bagi masa depan ummat Islam di Indonesia, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi. Madrasah, yang sampai saat ini jumlahnya ribuan di seluruh Indonesia, masih tetap menjadi tumpuan harapan sebagian besar ummat Islam yang menginginkan anak-anak mereka ‘berbahagia di dunia dan berbahagia di akhirat’. Artinya, menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat sekaligus, sesuatu yang, menurut mereka, tidak atau belum dapat diberikan oleh sekolah.
Namun, realitas pendidikan di madrasah saat ini bisa dibilang telah mengalami masa intellectual deadlock. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegaskan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl.[11]
Madrasah merupakan bagian dari tradisi pendidikan yang hidup di Indonesia. Ternyata madrasah menyimpan kelemahan di dalam kreativitasnya selama ini, mulai dari orientasi madrasah yang begitu sempit pada proses pencagaran untuk mempertahankan paham-paham keagamaan tertentu, ditambah lagi kurikulum madrasah yang pelaksanaannya serba setengah-setengah dan kebijakan di bidang kurikulum kurang dibarengi dengan kebijakan di bidang perangkat-perangkat pendukungnya, sehingga terdapat kesenjangan antara idealitas kurikulum dengan kemampuan perangkat operasionalnya.
Selanjutnya metode pengajaran di madrasah cenderung lebih banyak digarap dari sisi didaktik metodiknya sehingga tenggelam dalam persoalan teknis-mekanis, sementara persoalan yang lebih mendasar yang berhubungan dengan aspek “pedagogisnya” kurang banyak disentuh. Dan konsep manajemen madrasah dijalankan secara tradisional kurang mengarah kearah professional, penerapan prinsip-prinsip manajemen modern tampaknya masih merupakan barang mewah, kecuali beberapa madrasah yang mendapatkan gelar “Madrasah Unggulan”. Oleh karena itu, komponen dasar pendidikan, yakni guru, filsafat dan metodologi pendidikan, dan perangkat keras, harus serempak diperbaharui dan dikembangkan. Sistem pendidikan guru –didaktis metodis- pun harus dibenahi.[12]
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam tidak dapat dilaksanakan secara "asal" tanpa adanya perencanaan yang mengacu pada hakikat pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental.[13]
Pembaharuan pendidikan Islam di Madrasah
Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan ini, semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, dan di saat perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan madrasah tampak makin dibutuhkan orang. Untuk mewujudkan harapan semua pihak, madrasah harus melakukan perubahan disemua lini, baik mengenai peningkatan mutu pendidikan yang mencakup kurikulum, materi, metode, sarana pendidikan, dan evaluasi.[14] Peningkatan kualitas SDM yang mencakup kepala, komite, guru, dan pihak-pihak yang terkait dengan madrasah.
Kurikulum tidaklah merupakan hal yang pasti (statis), artinya keberadaan kurikulum harus berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan lingkungan. agar nantinya menghasilkan lulusan yang cerdas dan bermoral. Kurikulum madrasah harus disesuaikan dengan lingkungan, perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi karena masyarakat pada umumnya selalu berubah sesuai dengan perubahan zaman.[15] Untuk itu, diperlukan sebuah kurikulum yang mampu menciptakan aspek lingkungan hidup, pegangan hidup, kebutuhan hidup, dan dinamika kehidupan. Kurikulum yang dimaksud, menurut Ainurrafiq Dawam dengan kurikulum terintegrasi.[16] Untuk tujuan itu, diperlukan pergeseran paradigma dan karakteristik keilmuan dalam penerapan kurikulum pendidikan madrasah.
Materi pelajaran di setiap jenjang pendidikan madrasah -MI, Mts, MA- hendaknya berkelanjutan. Ini diharapkan agar nantinya materi pelajaran tidak hanya mengulang-ulang. Menurut A. Malik Fajar, MI sebagai pendidikan tingkat dasar mempunyai peran penting dalam proses pembentukan kepribadian peserta didik, baik bersifat internal, eksternal, dan suprainternal.[17] Oleh karena itu, lembaga pendidikan dasar (MI) sangat membutuhkan perhatian lebih, baik sistem, materi, manajemen, maupun mutu,  agar nantinya kesalahan yang dilimpahkan kepada madrasaah ibtidaiyah tidak terulang lagi.
Menurut Dr. Husni Rahim, ia menyatakan bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bercirikan Islam tidak hanya ciri formal dalam kurikulum saja. Namun, setidaknya ada tiga program utama yang perlu ditetapkan. Pertama, program Mafikibb dengan nuansa Islam. Kedua, program pelajaran agama dengan nuansa iptek, dan ketiga, penciptaan suasana keagamaan di madrasah.[18] Program mafikibb dengan nuansa Islam dimaksudkan untuk menopang reintegrasi antara ilmu-ilmu umum dengan ilmu agama, agar tidak ada lagi dikotomi ilmu. Sedangkan program pelajaran agama dengan iptek merupakan kelanjutan dari mafikibb dengan nuansa Islam.
Sebenarnya, pendidikan di madrasah sendiri sudah mengalami perubahan besar-besaran. Tetapi, karena perubahan masyarakat lebih cepat, maka dunia pendidikan bagaikan jalan ditempat. Perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru dan pembinaannya, sebenarnya bisa dibilang dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Akan tetapi, usaha yang baik itu kurang dibarengi dengan kesungguhan untuk memperbaiki perangkat pendukungnya seperti guru, sarana prasarana, serta kebijakan administratif. Komponen-komponen yang diperlukan tidak dapat berjalan bersamaan, sehingga terjadi kepincangan dan kegagalan dalam perbaikan.
Oleh karena itu, madrasah harus mendesain ulang model pendidikan Islam yang berkualitas dan bermutu. Menurut Hujair AH. Sanaky, setidaknya ada lima hal yang harus didesain,[19] yaitu: pertama, dengan merumuskan visi dan misi serta tujuan yang jelas. Kedua, kurikulum dan materi pembelajaran diorientasikan pada kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat untuk dapat menjawab tantangan perubahan. Ketiga, metode pembelajaran diorientasikan pada upaya pemecahan kasus (promlem solving) dan bukan dominasi ceramah. Keempat, manajemen pendidikan diorientasi pada manajemen berbasis sekolah. Kelima, organisasi dan sumber daya guru yang memiliki kompetensi dan profesional dalam bidangnya masing-masing. Maka pendidikan Islam akan mampu bersaing dengan mampu mempersiapkan dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tangguh, berkualitas dan berkaliber dunia dalam bidangnya sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan aktual atau kontemporer sesuai dengan kebutuhan perubahan zaman.
Kesimpulan
Dengan berkembangnya zaman, Islam yang didalamnya terdapat sisi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan zaman bahkan menciptakan zaman. Kecenderungan Pendidikan Islam hanya mempelajari agama saja membuat orang tidak peka terhadap lingkungan baik itu social, budaya dan teknologi. Dengan berpadunya agama dan ilmu pengetahuan akan menciptakan manusia yang kompeten dalam dunia dan akhirat.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat. Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat.
Akhirnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup dari, oleh dan untuk masyarakat belum mendapatkan sentuhan pikiran dan tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan.
Begitu juga pihak-pihak yang terkait harus bekerja sama dalam menjalankan roda pendidikan agar berjalan beriringan sesuai dengan tujuan pendidikan, tidak sepihak, dengan tidak terjadi kepincangan dalam mengembangkan madrasah. Tidak terkecuali mengontrol para pendidik karena mereka merupakan pihak yang secara langsung berinteraksi dengan anak didik. Dengan demikian, harapan untuk membantu pemerintah dalam mengentaskan kebodohan dan kemiskinan dapat terwujud. Pendidikan Islam khususnya di madrasah akan berhasil sesuai dengan harapan semua pihak dan berkembang sejajar dengan pendidikan pada umumnya, bahkan lembaga pendidikan madrasah mampu menelorkan siswa yang berkualitas yang nantinya sebagai ujung tombak dalam kemajuan bangsa.


Daftar Pustaka
Abdurrahman, Moeslim. Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta : Bulan Bintang, 1979.
Arif, Mahmud. Panorama Pendidikan Islam di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, dan Kelembagaan, Yogyakarta: Idea Press, 2009.
Assegaf, Abd. Rachman. Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi., dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004.
Azra, Azyumardi. Esei-Esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.
Dawam, Ainurrafiq & Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, tt, Lista Fariska Putra, 2005.
Fajar,A. Malik. Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, 1998.
Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung: Trigenda Karya, 1993.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Hisyoris, Teoritis dan Praktis, Jakarta : Ciputat Pres, 2002.
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sebuah Pengantar Teoritis Dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE, 1988.
Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.
Sanaky, Hujair AH. Pendidikan Islam Alternatif Upaya Mengembangkan Madrasah (ebook). http://www.pdf-finder.com/PENDIDIKAN-ISLAM-ALTERNATIF-UPAYA-MENGEMBANGKAN-MADRASAH.html.
Sutrisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Studi Kritis Terhadap Pemikiran Fazlur Rahman, Yogyakarta: Kota Kembang, 2006.
Tilaar, H.A.R. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.


[1] Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa madrasah sudah berdiri pada abad V H yaitu madrasah Nizamiyah di Baghdad yang dibangun oleh perdana menteri Nizam al-mulk. Sebagian lain berpendapat bahwa, madrasah sudah ada sebelum madrasah Nizamiyah yaitu madrasah Ibnu Hibban di Nisabur (354 H), Madrasah Abi Hafsh di Bukhara (361 H), dan al-Shabuni di Nisabur (405 H). Selengkapnya lihat Mahmud Arif, Panorama Pendidikan Islam di Indonesia; Sejarah, Pemikiran, dan Kelembagaan (Yogyakarta: Idea Press, 2009), hlm. 28.
[2] Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), hlm. 3.
[3] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 477.
[4] H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 164.
[5] Selengkapnya, lihat Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 130-134.
[6] Ibid., hlm. 131-132.
[7] Ibid., hlm. 134-135.
[8] Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 399.
[9] Para pendidik harus memahami bahwa pendidikan/ pengajaran dengan model hafalan dan ingatan merupakan sekedar cara atau jalan menuju pemahaman dan bukan sebagai tujuan dari pendidikan. Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm. 577.
[10] Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran., hlm. 305. Menurut maksum, ada dua situasi yang melatar belakangi pertumbuhan madrasah di Indonesia, yaitu adanya gerakan pembaharuan Islam dan adanya respon pendidikan Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda. Lihat, Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 82.
[11] Abd. Rachman Assegaf, .Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi., dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I, hlm. 8-9.
[12] Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 242-244.
[13] Hakikat pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental merupakan pedoman dalam pembentukan manusia sempurna (al-insan al-kamil). Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Hisyoris, Teoritis dan Praktis (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), hlm. 57.
[14] Sutrisno, Pendidikan Islam Yang Menghidupkan, Studi Kritis Terhadap Pemikiran Fazlur Rahman (Yogyakarta: Kota Kembang, 2006), hlm. 31.
[15] Agar perubahan kurikulum tidak merusak tatanan yang ada dan dapat berjalan sesuai harapan, maka pengembangan kurikulum hendaknya melalui beberapa tahapan. Pertama, pengembangan program tingkat lembaga yang meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu perumusan tujuan institusional, penetapan isi dan struktur program, penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara menyeluruh. Kedua, pengembangan program setiap mata pelajaran. Ketiga, pengembangan program pengajaran dikelas. Selengkapnya; lihat, Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sebuah Pengantar Teoritis Dan Pelaksanaan (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 171.
[16] Ainurrafiq Dawam & Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren (tt, Lista Fariska Putra, 2005), hlm. 59.
[17] Internal; bagaimana mempersepsi didirnya, eksternal; bagaimana mempersepsi lingkungannya, suprainternal; bagaimana mempersepsi dan menyikapi Tuhannya dengan ciptaannya. A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 34.
[18] Mafikibb adalah bidang studi umum. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 140.
[19] Hujair AH. Sanaky, Pendidikan Islam Alternatif Upaya Mengembangkan Madrasah (ebook). http://www.pdf-finder.com/PENDIDIKAN-ISLAM-ALTERNATIF-UPAYA-MENGEMBANGKAN-MADRASAH.html.

Subscribe to this Blog via Email :